A. Selayang Pandang
Pacu Jalur adalah sejenis lomba dayung tradisional khas daerah Kuantan Singingi (Kuansing) yang hingga sekarang masih ada dan berkembang di Propinsi Riau. Lomba dayung ini menggunakan perahu yang terbuat dari kayu gelondongan yang oleh masyarakat sekitar juga sering disebut jalur. Upacara adat khas daerah Kuansing ini diselenggarakan setiap satu tahun sekali untuk merayakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, tepatnya pada tanggal 23—26 Agustus. Panjang perahu/jalur yang digunakan dalam lomba ini berkisar antara 25—40 meter dengan jumlah atlet 40—60 orang tiap perahu. Biasanya, festival ini diikuti oleh ratusan perahu dan melibatkan beribu-ribu atlet dayung, serta dikunjungi oleh ratusan ribu penonton baik wisatawan domestik maupun mancanegara.
Konon, kegiatan lomba dayung ini merupakan warisan budaya masyarakat Kuantan Singingi yang telah berlangsung sejak tahun 1900-an. Perahu atau jalur, dahulu, sering dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai sarana transportasi untuk mengangkut hasil bumi atau pun hasil hutan. Kebiasaan menggunakan perahu inilah yang mungkin merupakan cikal bakal kegiatan Pacu Jalur. Pada zaman penjajahan Belanda, Pacu Jalur juga dimanfaatkan oleh pemerintah Belanda untuk memeringati serta memeriahkan hari ulang tahun ratu mereka yang bernama Ratu Wilhelmina. Namun, semenjak Indonesia merdeka, Pacu Jalur berangsur-angsur dijadikan upacara khas untuk merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia.
Pada awalnya, kegiatan Pacu Jalur hanya diikuti oleh segelintir masyarakat di sekitar daerah Kuantan Singingi. Namun, dalam perkembangannya, kegiatan ini banyak mendapat perhatian dan simpati dari berbagai kawasan, terutama daerah-daerah kawasan Riau dan sekitarnya serta mancanegara. Oleh karena itu, saat ini festival Pacu Jalur tidak hanya milik masyarakat Kuantan Singingi saja, melainkan telah menjadi pesta rakyat milik masyarakat Riau dan kawasan sekitarnya. Festival yang bernuasa tradisional ini telah ditetapkan masuk ke dalam Kalender Pariwisata Nasional (Major Event).
B. Keistimewaan
Kegiatan Pacu Jalur merupakan pesta rakyat yang terbilang sangat meriah. Bagi para wisatawan yang berkunjung ke acara ini dapat menyaksikan kemeriahan festival yang merupakan hasil karya masyarakat Kuantan Singingi ini. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, Pacu Jalur merupakan puncak dari seluruh kegiatan, segala upaya, dan segala keringat yang mereka keluarkan untuk mencari penghidupan selama setahun. Pendeknya, Pacu Jalur selalu ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Masyarakat Kuantan Singingi dan sekitarnya tumpah ruah menyaksikan acara yang ditunggu-tunggu ini. Karena meriahnya acara ini, konon beredar cerita, bahwa sepasang suami istri harus rela bercerai jika salah satu pasangannya dilarang mendatangi acara tersebut.
Selain sebagai event olahraga yang banyak menyedot perhatian masyarakat, festival Pacu Jalur juga mempunyai daya tarik magis tersendiri. Festival Pacu Jalur dalam wujudnya memang merupakan hasil budaya dan karya seni khas yang merupakan perpaduan antara unsur olahraga, seni, dan olah batin. Namun, masyarakat sekitar sangat percaya bahwa yang banyak menentukan kemenangan dalam perlombaan ini adalah olah batin dari pawang perahu atau dukun perahu. Keyakinan magis ini dapat dilihat dari keseluruhan acara ini, yakni dari persiapan pemilihan kayu, pembuatan perahu, penarikan perahu, hingga acara perlombaan dimulai, yang selalu diiringi oleh ritual-ritual magis. Pacu Jalur dengan demikian merupakan adu/unjuk kekuatan spiritual antar-dukun jalur. Selain perlombaan, dalam pesta rakyat ini juga terdapat rangkaian tontonan lainnya, di antaranya Pekan Raya, Pertunjukan Sanggar Tari, pementasan lagu daerah, Randai Kuantan Singingi, dan pementasan kesenian tradisional lainnya dari kabupaten/kota di Riau.
Para wisatawan yang berkunjung ke festival ini juga dapat mengunjungi obyek-obyek wisata lainnya yang jaraknya tidak terlalu jauh dari lokasi penyelenggaraan acara ini, seperti Air Terjun Tujuh Tingkat Batang Koban di Desa Lubuk Ambacang, dan Desa Wisata Sentajo yang menyimpan warisan rumat adat tradisional zaman dahulu.
C. Lokasi
Pacu Jalur diselenggarakan di pinggir Sungai Kuantan (Teluk Kuantan) yang juga terkenal dengan nama Tepian Narosa di Kecamatan Kuantan Tengah, Kabupaten Kuantan Singingi, Propinsi Riau, Indonesia.
D. Akses
Lokasi Pacu Jalur yang berada di Tepian Narosa berjarak kira-kira 150 km dari Kota Pekanbaru ke arah selatan. Dengan menggunakan kendaraan pribadi roda empat, para wisatawan yang ingin menyaksikan event besar ini, cukup menempuh perjalanan sekitar tiga setengah jam dari Kota Pekanbaru. Alernatif lain untuk menuju lokasi acara pesta rakyat ini adalah menggunakan transportasi umum yang tersedia dari Kota Pekanbaru menuju Kota Kuantan Singingi. Namun, karena belum tersedia angkutan dalam kota di Kabupaten Kuantan Singingi, pengujung disarankan untuk menggunakan jasa ojek dan mobil pick up menuju lokasi pertunjukan.
E. Harga Tiket
Pengunjung yang menyaksikan festival ini tidak dipungut biaya.
F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Pemerintah kota setempat sedang merencanakan pembangunan fasilitas-fasilitas penunjang di sekitar lokasi Festival Pacu Jalur ini, seperti WC umum, masjid, tribune penonton, menara air bersih, trotoar, wisma, hotel, speed boat penolong, posko kesehatan, warung makan, toko suvenir, dan lain-lain.
ANDA YANIS
SMA PINTAR TELUK KUANTAN
KABUPATEN KUANTAN SINGINGI
Rabu, 23 September 2009
pengalaman selama liburan
Selama liburan pada bulan ramadhan saya hanya di rumah saja.mengemasi buku-buku yang sudah lama,belajar dan mengerjakan tugas yang di berikan guru selama libur.selain itu pada malam hari sebagaimana tugas yang di berikan ustadz saya pergi syafari kemesjid/mushallah.
pada waktu hari raya di desa saya mengadakan berbagai macam acara yaitu seperti pacu goni,pacu botol,tarek tambang,dan yang terakhir yaitu panjat pinang.pada saat acara panjat pinang ini sngat seru sekali,dimana para pemanjatnya udah hampir sampai keatas jatuh lagi kebawah karena batangnya sangat licin.semua penonton tertawa terpingkal-pingkal melihatnya.setelah pemanjat sampai keatas barang-barang yang di atas itu di lemparkan ke bawah,kemudian penonton yang di bawah berebutan untuk merebutnya,bahkan ada yang terjatuh dan terhimpit.dalam acara tersebut saya termasuk kedalam kepanitiaan.acara ini di ikuti oleh anak-anak,remaja dan orang dewasa.inilah pengalaman saya selama liburan dirumah.
pada waktu hari raya di desa saya mengadakan berbagai macam acara yaitu seperti pacu goni,pacu botol,tarek tambang,dan yang terakhir yaitu panjat pinang.pada saat acara panjat pinang ini sngat seru sekali,dimana para pemanjatnya udah hampir sampai keatas jatuh lagi kebawah karena batangnya sangat licin.semua penonton tertawa terpingkal-pingkal melihatnya.setelah pemanjat sampai keatas barang-barang yang di atas itu di lemparkan ke bawah,kemudian penonton yang di bawah berebutan untuk merebutnya,bahkan ada yang terjatuh dan terhimpit.dalam acara tersebut saya termasuk kedalam kepanitiaan.acara ini di ikuti oleh anak-anak,remaja dan orang dewasa.inilah pengalaman saya selama liburan dirumah.
mengapa malaysia mengklaim indonesia
Diklaimnya "kepemilikan" produk seni dan budaya tradisional Indonesia oleh Malaysia (Malingsia), bukan berita baru. Malah sepertinya sudah jadi penyakit buat tetangga Malaysia (Malingsia).
Hobby Klaim milik Indonesia oleh Malaysia (Malingsia) sudah menghasilkan berupa Batik motif Perang asli Yogyakarta dan Angkulung asli Jawa Barat diklaim Malaysia (Malingsia) sebagai batik dan alat kesenian asli negeri jiran itu. Padahal Malaysia (Malingsia) membeli batik-batik itu di Yogyakarta dan mengirim warganya untuk belajar dan membeli angklung langsung di Bandung. Kesenian Dayak juga diklaim Malaysia (Malingsia), walau hanya numpang sedikit wilayah Pulau Kalimantan. Selain kesenian Pulau Sipadan dan Ligitan juga berhasil diklaimnya.
Yang terbaru lagu daerah Maluku "Rasa Sayange" dibajak untuk dijadikan jingle resmi MTB (Malaysian Tourism Board) dan Reokponorogo dari Ponorogo Jawa Timur diakui oleh Malaysia (Malingsia) sebagai kesenian asli. Dan Persis seperti Angkulung mereka padahal warga malaysia (Malingsia) belajar menari dan memesan alat-alat kesenian reok tersebut langsung di Ponorogo, Jawa Timur Indonesia. Tapi yang dua terakhir ini gagal dicuri oleh bangsa Klepto itu.
Kalo ada kata-kata "Maling kalo mengaku penjara Penuh" itu sangat cocok untuk Malaysia (Malingsia). Walau sudah mengakui kalo lagu "Rasa Sayange" dan "Reok" adalah asli seni budaya bangsa Indonesia, mereka melalui menteri pelancongannya itu bilang " kami merasa berhak untuk ikut melestarikan seni budaya Indonesia karena kita adalah bangsa serumpun".
Sejenak saya tertegun dengan kata-kata menteri Malaysia (Malingsia) itu…..bangsa serumpun??? memang kita bangsa serumpun pak ci" tapi bukan berarti pak ci bisa seenaknya bilang seni budaya bangsa saya sebagai asli milikmu! Bangsa yang serumpun seharusnya bangsa yang saling menghargai….
pak ci’ tau disini banyak sekali orang china tapi kami tidak mengaku-ngaku bahwa Barongshai adalah asli kesenian Indonesia. Walau warga Indonesia asli pandai menari Barongshai dan bisa membuat sendiri peralatan keseniannya tapi kami tetap bilang bahwa Barongshai adalah kesenian asli China.
Kini rasa serumpun dengan Malaysia (Malingsia) rasanya sudah hilang. Kalo dibilang "Klepto" rasanya sudah tak pantas karena Malaysia (Malingsia) memang sudah berniat mencuri apapun milik bangsa Indonesia. Bangsa Pencuri adalah sebutan yang pantas untuk Malaysia (Malingsia).
Hari ini sebuah media memberitakan rapat kerja Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) di Jakarta, 10-11 Desember 2007. dan Terungkap bahwa kalangan akademis Malaysia (Malingsia) mengincar naskah-naskah Melayu klasik Nusantara hingga ke pelosok desa dibelahan timur Indonesia.
Perilaku diluar etika akademis itu sudah berlangsung beberapa tahun terakhir. Bahkan ratusan hasil penelitian budayawan Tenas Effendi di atas tradisi klasik yang dihimpunnya selama bertahun-tahun sebagian besar kini sudah "diangkut" ke universitas terkemuka di Kuala Lumpur. Oleh mereka dibuatkan situs sendiri. Ketika kita mau mengunakan harus bayar. Mereka memburu ke Riau Daratan dan Riau Kepulauan, mereka masuk kepedalaman Riau dan merekam secara diam-diam tradisi-tradisi tutur anak bangsa.Di Sumatera Barat para akademisi malaysia (Malingsia) itu membujuk masyarakat penyimpan naskah-naskah asli Minangkabau dengan imingan uang Rp.50 juta s/d Rp.60 juta. Dan di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, beberapa puluh naskah Buton dikabarkan telah berhasil dicuri oleh akademisi Malaysia (Malingsia).
Saya punya teman yang sempat bekerja di Malaysia (Malingsia) sebagai tenaga ahli, dia bercerita betapa rendahnya warga Malaysia (Malingsia) memandang bangsa Indonesia. Citra pejabat Negara kita yang hobby Korupsi dengan penduduk Indonesia yang miskin dan datang kenegaranya sebagai pembantu menjadi stempel bangsa kita. Mungkin itu pula yang memicu Malaysia (Malingsia) untuk mencuri dengan mudah senibudaya kita dengan berbagai cara termasuk mengiming-imingi uang.
Malaysia (Malingsia) sangat terobsesi menjadikan negaranya sebagai pusat budaya melayu sedunia, walau dengan berbagai cara termasuk mencuri milik bangsa Indonesia. Hal ini karena Malaysia (Malingsia) sadar betul bahwa sektor pariwisata adalah penghasil devisa yang sangat besar sehingga mereka dengan cara apapun berburu senibudaya agar bangsa asing berkunjung kenegaranya agar pemasukan devisa berlimpah.
Tak hilang dari ingatan kita para pemimpin teroris yang melakukan pengeboman diberbagai daerah di Indonesia termasuk dipulau Bali adalah berasal dari Malaysia (Malingsia). Dan saat seluruh dunia mengeluarkan larangan penerbangan dan kunjuangan ke Indonesia. Malaysia (Malingsia) langsung mempromosikan pariwisata dinegaranya secara besar-besaran, Malaysia (Malingsia) mendapat keuntungan besar dari sektor pariwisata dengan beredarnya teroris asal Malaysia (Malingsia) di Indonesia. Saat ini bandar besar narkoba yang berhasil tertangkap berasal dari Malaysia (Malingsia). Dan terungkap bahwa mereka ingin membuat pabrik narkoba di Indonesia.
Terbersit dipikiran saya, warga Indonesia yang berada di Malaysia (Malingsia) selalu saja dibilang pembuat onar. Tapi apa segala bentuk kejahatan yang dilakukan oleh warga Malaysia (Malingsia) dengan biaya yang tidak sedikit itu didukung Pemerintah Malaysia (Malingsia)?….tapi sudahlah mungkin ini teguran untuk pemerintah kita agar tidak lemah dan keliatan bodoh di mata dunia. Harapan dengan kejadian-kejadian ini pemerintah Indonesia lebih tegas dan lebih membela warga negara Indonesia ketimbang menghadiri HUT Malaysia (Malingsia) disaat Malaysia (Malingsia) membajak lagu "Rasa Sayange". dan saya berharap Menteri Tenaga Kerja Indonesia lebih membela TKI kita yang selalu saja disiksa bukan malah mengembor-gemborkan bahwa TKI di Malaysia (Malingsia) baik-baik saja.
Dan seharusnya kita malu sebagai negara yang memiliki begitu banyak pulau, suku bangsa dan seni budaya tetapi tidak menjaga dan melestarikan senibudaya. Seharusnya Pemerintah menjadikan Pariwisata sebagai sektor utama pemasukan devisa. Jangan malah pemerintah kita sibuk mecari penanam modal asing untuk mengexsploitasi sumberdaya alam dan mineral secara habis-habisan untuk memenuhi pundi-pundi uang segelintir orang dinegeri ini. Tanpa memperdulikan kerusakan ekosistem diberbagai pulau kita.
Sudah saatnya Pemerintah Indonesia lebih memperhatikan sektor Wisata dan mempatenkan seluruh bentuk seni dan budaya agar tidak dicuri negara lain. Memfungsikan militer untuk menjaga pulau dan perairan Indonesia agar pulau-pulau tak diakui tetangga lagi dan jangan membiarkan oknum-oknum tak bertanggung jawab menjual pasir ke negara tetangga sehingga kepulauan Riau jadi rusak. Menyediakan dana APBN lebih besar untuk sektor senibudaya dan pendidikkan serta sektor lainnya untuk kepentingan Bangsa dan Negara bukan untuk kantong-kantong pejabat yang suka mencuri uang rakyat.
Marilah lestarikan seni dan budaya Indonesia jagalah negeri Ini bersama, agar bangsa lain tidak bisa meraup keuntungan dari negeri tercinta kita Indonesia.
Hobby Klaim milik Indonesia oleh Malaysia (Malingsia) sudah menghasilkan berupa Batik motif Perang asli Yogyakarta dan Angkulung asli Jawa Barat diklaim Malaysia (Malingsia) sebagai batik dan alat kesenian asli negeri jiran itu. Padahal Malaysia (Malingsia) membeli batik-batik itu di Yogyakarta dan mengirim warganya untuk belajar dan membeli angklung langsung di Bandung. Kesenian Dayak juga diklaim Malaysia (Malingsia), walau hanya numpang sedikit wilayah Pulau Kalimantan. Selain kesenian Pulau Sipadan dan Ligitan juga berhasil diklaimnya.
Yang terbaru lagu daerah Maluku "Rasa Sayange" dibajak untuk dijadikan jingle resmi MTB (Malaysian Tourism Board) dan Reokponorogo dari Ponorogo Jawa Timur diakui oleh Malaysia (Malingsia) sebagai kesenian asli. Dan Persis seperti Angkulung mereka padahal warga malaysia (Malingsia) belajar menari dan memesan alat-alat kesenian reok tersebut langsung di Ponorogo, Jawa Timur Indonesia. Tapi yang dua terakhir ini gagal dicuri oleh bangsa Klepto itu.
Kalo ada kata-kata "Maling kalo mengaku penjara Penuh" itu sangat cocok untuk Malaysia (Malingsia). Walau sudah mengakui kalo lagu "Rasa Sayange" dan "Reok" adalah asli seni budaya bangsa Indonesia, mereka melalui menteri pelancongannya itu bilang " kami merasa berhak untuk ikut melestarikan seni budaya Indonesia karena kita adalah bangsa serumpun".
Sejenak saya tertegun dengan kata-kata menteri Malaysia (Malingsia) itu…..bangsa serumpun??? memang kita bangsa serumpun pak ci" tapi bukan berarti pak ci bisa seenaknya bilang seni budaya bangsa saya sebagai asli milikmu! Bangsa yang serumpun seharusnya bangsa yang saling menghargai….
pak ci’ tau disini banyak sekali orang china tapi kami tidak mengaku-ngaku bahwa Barongshai adalah asli kesenian Indonesia. Walau warga Indonesia asli pandai menari Barongshai dan bisa membuat sendiri peralatan keseniannya tapi kami tetap bilang bahwa Barongshai adalah kesenian asli China.
Kini rasa serumpun dengan Malaysia (Malingsia) rasanya sudah hilang. Kalo dibilang "Klepto" rasanya sudah tak pantas karena Malaysia (Malingsia) memang sudah berniat mencuri apapun milik bangsa Indonesia. Bangsa Pencuri adalah sebutan yang pantas untuk Malaysia (Malingsia).
Hari ini sebuah media memberitakan rapat kerja Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) di Jakarta, 10-11 Desember 2007. dan Terungkap bahwa kalangan akademis Malaysia (Malingsia) mengincar naskah-naskah Melayu klasik Nusantara hingga ke pelosok desa dibelahan timur Indonesia.
Perilaku diluar etika akademis itu sudah berlangsung beberapa tahun terakhir. Bahkan ratusan hasil penelitian budayawan Tenas Effendi di atas tradisi klasik yang dihimpunnya selama bertahun-tahun sebagian besar kini sudah "diangkut" ke universitas terkemuka di Kuala Lumpur. Oleh mereka dibuatkan situs sendiri. Ketika kita mau mengunakan harus bayar. Mereka memburu ke Riau Daratan dan Riau Kepulauan, mereka masuk kepedalaman Riau dan merekam secara diam-diam tradisi-tradisi tutur anak bangsa.Di Sumatera Barat para akademisi malaysia (Malingsia) itu membujuk masyarakat penyimpan naskah-naskah asli Minangkabau dengan imingan uang Rp.50 juta s/d Rp.60 juta. Dan di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, beberapa puluh naskah Buton dikabarkan telah berhasil dicuri oleh akademisi Malaysia (Malingsia).
Saya punya teman yang sempat bekerja di Malaysia (Malingsia) sebagai tenaga ahli, dia bercerita betapa rendahnya warga Malaysia (Malingsia) memandang bangsa Indonesia. Citra pejabat Negara kita yang hobby Korupsi dengan penduduk Indonesia yang miskin dan datang kenegaranya sebagai pembantu menjadi stempel bangsa kita. Mungkin itu pula yang memicu Malaysia (Malingsia) untuk mencuri dengan mudah senibudaya kita dengan berbagai cara termasuk mengiming-imingi uang.
Malaysia (Malingsia) sangat terobsesi menjadikan negaranya sebagai pusat budaya melayu sedunia, walau dengan berbagai cara termasuk mencuri milik bangsa Indonesia. Hal ini karena Malaysia (Malingsia) sadar betul bahwa sektor pariwisata adalah penghasil devisa yang sangat besar sehingga mereka dengan cara apapun berburu senibudaya agar bangsa asing berkunjung kenegaranya agar pemasukan devisa berlimpah.
Tak hilang dari ingatan kita para pemimpin teroris yang melakukan pengeboman diberbagai daerah di Indonesia termasuk dipulau Bali adalah berasal dari Malaysia (Malingsia). Dan saat seluruh dunia mengeluarkan larangan penerbangan dan kunjuangan ke Indonesia. Malaysia (Malingsia) langsung mempromosikan pariwisata dinegaranya secara besar-besaran, Malaysia (Malingsia) mendapat keuntungan besar dari sektor pariwisata dengan beredarnya teroris asal Malaysia (Malingsia) di Indonesia. Saat ini bandar besar narkoba yang berhasil tertangkap berasal dari Malaysia (Malingsia). Dan terungkap bahwa mereka ingin membuat pabrik narkoba di Indonesia.
Terbersit dipikiran saya, warga Indonesia yang berada di Malaysia (Malingsia) selalu saja dibilang pembuat onar. Tapi apa segala bentuk kejahatan yang dilakukan oleh warga Malaysia (Malingsia) dengan biaya yang tidak sedikit itu didukung Pemerintah Malaysia (Malingsia)?….tapi sudahlah mungkin ini teguran untuk pemerintah kita agar tidak lemah dan keliatan bodoh di mata dunia. Harapan dengan kejadian-kejadian ini pemerintah Indonesia lebih tegas dan lebih membela warga negara Indonesia ketimbang menghadiri HUT Malaysia (Malingsia) disaat Malaysia (Malingsia) membajak lagu "Rasa Sayange". dan saya berharap Menteri Tenaga Kerja Indonesia lebih membela TKI kita yang selalu saja disiksa bukan malah mengembor-gemborkan bahwa TKI di Malaysia (Malingsia) baik-baik saja.
Dan seharusnya kita malu sebagai negara yang memiliki begitu banyak pulau, suku bangsa dan seni budaya tetapi tidak menjaga dan melestarikan senibudaya. Seharusnya Pemerintah menjadikan Pariwisata sebagai sektor utama pemasukan devisa. Jangan malah pemerintah kita sibuk mecari penanam modal asing untuk mengexsploitasi sumberdaya alam dan mineral secara habis-habisan untuk memenuhi pundi-pundi uang segelintir orang dinegeri ini. Tanpa memperdulikan kerusakan ekosistem diberbagai pulau kita.
Sudah saatnya Pemerintah Indonesia lebih memperhatikan sektor Wisata dan mempatenkan seluruh bentuk seni dan budaya agar tidak dicuri negara lain. Memfungsikan militer untuk menjaga pulau dan perairan Indonesia agar pulau-pulau tak diakui tetangga lagi dan jangan membiarkan oknum-oknum tak bertanggung jawab menjual pasir ke negara tetangga sehingga kepulauan Riau jadi rusak. Menyediakan dana APBN lebih besar untuk sektor senibudaya dan pendidikkan serta sektor lainnya untuk kepentingan Bangsa dan Negara bukan untuk kantong-kantong pejabat yang suka mencuri uang rakyat.
Marilah lestarikan seni dan budaya Indonesia jagalah negeri Ini bersama, agar bangsa lain tidak bisa meraup keuntungan dari negeri tercinta kita Indonesia.